Pangeran Walang Sungsang dan Azimat Sereh Lanang (Bag-2)
Kisah bagian kedua ini menceritakan
tentang perjalanan pembuatan minyak Semar Ireng, yang di dalamnya sarat makna
dan manfaat kehidupan. Inilah kisah selengkapnya.
Bermula dari acara Milad ke 5,
yang baru saja diselenggarakan kemarin tgl 18,19 dan 20 September 2010, yang
mana sesudahnya acara ini selesai, saya dipanggil oleh guruku yang menyatakan
bahwa kemarin malam, sejumlah bangsa abdul jumud (sebangsa jin) protes atas
sikapku mengadakan Milad ke 5, yang tidak menghormatinya.
Disini saya pribadi merasa
bingung atas ucapan guruku, namun setelah beliau menerangkan secara detail,
saya baru paham duduk permasalahan sesungguhnya, ternyata bangsa abdul jumud,
ingin di hormati sebagai layaknya manusia pada umumnya.
Mereka menuntut agar diriku
menghormatinya dengan cara menyembelih kambing berbulu hitam legam dan guruku
sendiri saat itu memberikan pandangannya secara luas, diantara tausiahnya
guruku kala itu:
“Tidak
ada salahnya kita menghormati mahluk tak kasat mata, sebab Allah, telah
menjadikan alam semesta ini dengan dua jalur yang berbeda. 1. Jalur ilmu,
wasilah ini tidak akan pernah dimiliki oleh mahluk manapun kecuali bangsa
Malaikatulloh, Nabi dan para Wali (manusia). 2. Jalur keamanan, dimana rusaknya
alam, kehancuran bumi dan kerusakan lainnya, semua tak lain akibat kerjaan abdul
jumud, yang merasa dirinya paling benar sebagai wasilah keamanan bumi dan alam
lainnya. Jalur ini hanya dimiliki oleh mereka para Abdul Jumud, yang hanya
tunduk kepada baginda Nabi Hidir AS, dan Allah telah menempatkan derajat
keamanan ini hanya untuk mereka dan bukan dipegang bangsa Malaikatulloh, Nabi
maupun waliyulloh. Jadi dengan menghormati mereka sama halnya kita menghormati
keamanan daerah kita sendiri” terang
guruku.
Dari ulasan guruku ini, saya
beserta anak majlis jam’ul Ijazah, segera melaksanakan tugasnya mencari kambing
hitam legam dan alhamdulillah hari itu juga Allah telah menemukan apa yang kami
cari.
Pagi harinya kambing itu saya
potong dan seluruh dagingnya kami berikan kepada orang yang membutuhkan dengan
satu niat untuk menghormati seluruh wadyabala abdul jumud.
Tanpa dinyana, proses ini
dilihat oleh Kanjeng Sulthan Hasanuddin Banten, yang pada malam harinya beliau
datang membawa hadiah buatku, yaitu berupa daun sirih hitam “Anakku…..atas
khidmatmu terhadap perintah gurumu, dan atas keihlasanmu memberikan apa yang
abdul jumud minta, ini terimalah hadiah dariku dan berikan kepada gurumu”
Siang itu saya menjumpai guruku
dan menceritakan semuanya, lalu guruku langsung mengamati daun sirih hitam
setelah saya menyerahkan kepadanya.
“Masya
Allah, ini bukan daun sembarangan melainkan pusaka dari lambang Semar ” terangnya.
Entah apa maksud dan tujuan
guruku, yang jelas saya tidak mempunyai bersitan apapun kala itu kecuali rasa
puas karena sudah melaksanakan titahnya yaitu, menyembelih kambing hitam yang
diminta oleh bangsa abdul jumud.
Besoknya saya datang lagi atas
perintahnya, namun pertemuan kali ini membawa senyum simpul buatku, pasalnya
tanpa terduga saya mendapatkan dua hadiah sekaligus yaitu Pusaka Sereh
lanang dan ajian Semar Ireng.
“Dris….tadi
malam saya mengusulkan kepada Allah, tentang daun sirih hitam yang melambangkan
sifat semar, ternyata daun itu awalnya kepunyaan Mbah Kuwu cakra Buana, yang
diberikan kepada Sulthan Paku bumi Banten Hasanuddin dan lewat sirih hitam itu
pula, Mbah Kuwu, menghadiahkanmu ini (tombak bumi sereh lanang dan ilmu ajian
semar ireng) ilmu ini hanya ada satu di dunia, sebab semar ireng cuma kamu
seorang yang diberikan secara langsung oleh Abi Kuwu. Wasilah ini sangat cocok
buatmu untuk suatu wasilah pengasihan dan derajat” Tambahnya.
Dari sinilah kami beserta anak
Jam’ul Ijazah, langsung meraciknya dengan sekuat tenaga dan hasilnya sungguh
diluar dugaan, minyak Semar Putih mengandung tuah dan kekuatan sampai 170%
tingkat pengasihan diatas minyak Semar putih yang hanya mencapai 98%.
Dan bagi pembaca sekalian,
sekedar kami beritahukan atas pelajaran sesudahnya memiliki pusaka Sereh
Lanang, saya pribadi akhirnya sering bertemu secara yaqodho (lahir) dengan Mbah
Kuwu Cakra Buana, yang kata beliau menjelaskan secara rinci, bahwa ilmu semar
terbagi menjadi 5 tingkat.
1. Semar Mesem, menurutnya
ilmu ini bersifat umum dan dalam kategori terendah dari keseluruhan ilmu
pengasihan bersifat Semar. Yaitu berkekuatan 67%.
2. Semar Kuning,
menurutnya ilmu ini lebih terfokus terhadap sifat dunyawiyyah atau kerejekian,
yang diambil dari segi pembawaan yaitu pengasihan/ pengeretan, berkekuatan 77%.
3. Semar Putih, menurutnya
ilmu ini mempunyai spesifikasi kearah pencegahan atau kerusakan rumah tangga
(tidak sampai cerai) berkekuatan 98%.
4. Semar Ireng, menurutnya
ilmu ini mempunyai dua jalan berbeda namun satu keinginan, Pengasihan dan
Derajat. Berkekuatan 170%.
5. Semar Lungguh,
menurutnya ilmu ini mempunyai martabat paling luhur dari semua pengasihan
bersifat Semar, bertujuan kearah raja atau ratu (menang dalam segalanya)
berkekuatan 201%.
Dan diantara pembaca, bila anda
kurang puas dengan pembedaranku, ada banyak persamaan ilmu namun beda jalur,
namun pada intinya setiap ilmu harus ada pusaka kuncinya yang menjadi
andalannya sebagai bukti wujudnya ilmu nyata.