Dalam penulisan-penulisan bertema kebatinan dan spiritual Penulis ingin menekankan bahwa pengertian keilmuan kebatinan dan spiritual disini bersifat luas, bukan hanya kebatinan dan spiritual kegaiban, kejawen, atau ilmu-ilmu duniawi lainnya, tetapi juga kebatinan dan spiritualitas keagamaan yang dianut oleh masing-masing orang, walaupun pada kenyataannya semuanya tergantung pada manusia yang bersangkutan apakah kemampuan yang berasal dari kebatinan dan spiritualitas keagamaan itu akan murni digunakan untuk urusan keagamaan ataukah akan juga digunakan untuk tujuan keilmuan.
Sebenarnya pengertian kebatinan, spiritual,
kegaiban dan keagamaan sudah dipahami sejak manusia masih muda (bahkan ketika
masih anak-anak). Lingkungan kehidupan dan alam sekitarnya membantu manusia
untuk lebih peka terhadap adanya hal-hal yang sebenarnya ada tetapi tidak
terlihat mata, bahwa ada dimensi lain yang bersifat gaib dalam kehidupan ini.
Saat masih anak-anak dan muda, suara hati dan nurani masih bersih dan menuntun
kepada perilaku yang baik, walaupun juga kenyataannya, watak dan perbuatan
jahat juga sudah ada, yang mempengaruhi seseorang menjadi senang menonjolkan
diri, mementingkan dirinya sendiri dan berbuat untuk kesenangan dan
keuntungannya sendiri.
Ketika masih muda atau anak-anak, biasanya
pembelajarannya adalah pengertian kebatinan dan spiritual yang bersifat
keagamaan dan budi pekerti, atau belajar ilmu beladiri / kanuragan, seperti
pencak silat, karate, dsb, yang dalam pelajarannya juga ditanamkan
pengertian-pengertian budi pekerti, keksatriaan dan hal-hal yang mengarah pada
kebatinan dan spiritualitas umum.
Di dalam perguruan-perguruan tertentu, selain
diajari ilmu kanuragan, ada yang juga diajari ilmu kebatinan, terutama adalah
ilmu gaib, sebagai rangkapan ilmu kanuragan, supaya hasilnya lebih dahsyat,
berupa amalan-amalan atau aji-aji untuk kekuatan dan keselamatan, untuk
memayungi diri dari serangan fisik dan non-fisik, sehingga mereka yang
mempraktekkan ilmu beladiri kanuragan menjadi kuat dan bahkan sakti,
karena selain memiliki kemampuan beladiri, tubuhnya juga kuat, memiliki pukulan
yang mematikan, kuat menahan pukulan, mampu mematahkan kayu, besi, dsb, atau
bahkan tubuhnya menjadi kebal, tidak mempan senjata tajam, dsb.
Kanuragan biasanya diminati oleh golongan muda.
Setelah melihat dan mengalami sendiri hasilnya yang menakjubkan bila dirangkap
dengan ilmu kebatinan atau ilmu gaib, mereka menjadi lebih percaya kepada
hal-hal yang bersifat supranatural.
Semakin dewasa umur seseorang dan kepribadiannya,
akan menjadi lebih sabar dan bijaksana, lebih mampu mengendalikan diri, dan
secara alami akan lebih memilih penggunaan amalan-amalan keselamatan yang
berguna tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan orang
lain, daripada aji-aji kanuragan yang hanya berguna untuk dirinya sendiri.
Orang yang masih senang menggeluti kenikmatan yang
melulu bersifat keduniawian, seperti masih senang dengan kekuatan, harta
kekayaan dan status sosial, tentu tidak atau belum tertarik pada olah batin dan
spiritual, terutama yang bersifat kesepuhan. Bila mereka menggeluti
hal-hal kebatinan, yang ditekuninya hanyalah ilmu-ilmu tertentu saja yang
berguna untuk duniawinya. Arahnya adalah kepada ilmu gaib, atau menggunakan
jasa paranormal atau orang pinter untuk mendapatkan suatu ilmu
atau kegaiban tertentu, atau melakukan tirakat dan berziarah untuk mendapatkan
berkah duniawi sesuai keperluannya masing-masing, bukan olah kebatinan /
kesepuhan.
Orang-orang yang mempelajari kebatinan dan spiritual yang bersifat kesepuhan biasanya adalah orang-orang yang telah matang dalam usia dan kepribadian. Seseorang biasanya akan mulai menekuni spiritualitas yang bersifat kesepuhan bila usia dan kehidupannya sudah mapan, sudah menerima kondisi kehidupan, sudah merasa cukup, tidak lagi melulu mengejar kehormatan dan kebendaan. Pada tahapan ini manusia telah memiliki kesadaran bahwa selain kehidupan duniawi yang harus baik dan benar, juga ada kehidupan spiritual yang harus dipahami dan dijalani. Apalagi setelah menyadari bahwa hidup di dunia ini relatif tidak lama, maka orang tersebut akan berusaha bersikap bijak dan mulai menapaki kehidupan kebatinan-spiritual / keagamaan sebagai sarana kesempurnaan hidup di dunia.
Orang-orang yang mempelajari kebatinan dan spiritual yang bersifat kesepuhan biasanya adalah orang-orang yang telah matang dalam usia dan kepribadian. Seseorang biasanya akan mulai menekuni spiritualitas yang bersifat kesepuhan bila usia dan kehidupannya sudah mapan, sudah menerima kondisi kehidupan, sudah merasa cukup, tidak lagi melulu mengejar kehormatan dan kebendaan. Pada tahapan ini manusia telah memiliki kesadaran bahwa selain kehidupan duniawi yang harus baik dan benar, juga ada kehidupan spiritual yang harus dipahami dan dijalani. Apalagi setelah menyadari bahwa hidup di dunia ini relatif tidak lama, maka orang tersebut akan berusaha bersikap bijak dan mulai menapaki kehidupan kebatinan-spiritual / keagamaan sebagai sarana kesempurnaan hidup di dunia.
Seseorang yang masih berusia muda, biasanya masih
dipenuhi hasrat keduniawian yang tinggi, ego dan ke-Aku-an yang tinggi,
sehingga bila mempelajari suatu ilmu atau pun keagamaan, biasanya hanya
berfokus pada ajaran-ajaran, dogma dan doktrin, hasil yang ingin diraih, dan
menonjolkan ke-Aku-annya. Dan segala apa yang telah dicapainya akan cenderung
untuk dipamerkan supaya dipandang hebat oleh orang lain dan cenderung untuk
memaksakan kebenarannya sendiri kepada orang lain. Terjadi demikian karena
orang tersebut belum memiliki kebijaksanaan kesepuhan dalam dirinya.
Cerita tentang kegaiban, kebatinan dan spiritual
dipenuhi dengan mitos dan tahayul. Sulit untuk mencari kebenaran yang sejati,
kecuali bagi mereka yang mempunyai kemampuan untuk menyingkap misterinya. Cara
mempelajari dan memahami dunia supranatural pun berbeda dengan mempelajari ilmu
pasti, tidak berdasarkan kekuatan otak dan logika, namun menggunakan kepekaan
rasa dan batin, dengan laku prihatin, doa-doa dan amalan, ditambah bumbu-bumbu
cerita mitos dan tahayul, menjadikan dunia supranatural seringkali
dikonotasikan sebagai mistik dan klenik.
Karena itulah dalam kehidupan modern ini banyak orang
yang memaksakan sikap berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang
bersifat mistis. Mereka tidak percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa
lampau, dan tidak masuk akal.
Tetapi banyak juga orang berpandangan lain, karena
hal-hal atau kejadian-kejadian gaib pun masih terjadi hingga hari ini. Semua
pandangan di atas hanya berlaku bagi mereka yang tidak mengerti dan tidak
menguasai masalah kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam. Pandangan di atas
tidak berlaku untuk mereka yang mau mengerti dan mampu menyingkap rahasia
kegaibannya. Sekalipun hal-hal gaib itu tidak tampak mata biasa, tetapi bisa
dipelajari dan bisa ditemukan kebenarannya, dengan cara atau metode tertentu,
asalkan tahu caranya, dan keilmuan gaib juga bisa dipelajari, dikembangkan dan
bisa dipertunjukkan. Jadi hal-hal mistis dan gaib itu bukannya tidak masuk
akal, tetapi akalnya yang tidak sampai.
Dunia supranatural berbeda dengan mitos dan tahayul
dan juga tidak sama dengan permainan sulap dan sihir. Dunia supranatural berkenaan
dengan kegaiban yang benar-benar ada, tetapi tidak tampak mata biasa, hanya
bisa dirasakan dengan rasa dan batin. Karena itu cara-cara mempelajari dan
memahaminya pun berbeda dengan cara mempelajari ilmu pasti, yaitu tidak dengan
mengedepankan kekuatan otak dan logika, namun mengedepankan rasa dan batin.
Setelah mampu menginderai dengan rasa dan batin, barulah dinalar dengan otak
dan logika, sehingga dunia keilmuan gaib pun bisa dipelajari oleh banyak orang,
bisa dikembangkan dan dipertunjukkan.
Mengerti tentang kegaiban yang dialami manusia saja
tidak mampu, bagaimana dapat mengerti dan mengenal Tuhan, yang sejatinya adalah
sumber segala kegaiban. Itulah keterbatasan pikiran dan akal budi manusia.
Karena itulah Allah membekali manusia dengan roh, supaya dengan rohnya manusia
dapat mengerti hal-hal yang bersifat roh, kegaiban hidup dan kegaiban alam, dan
dapat mengenal Allah dan jalan yang benar menuju Tuhan, supaya manusia tidak
hanya berkeras diri membela ajaran-ajaran dan dogma-doktrin yang membelenggu
akal sehat, yang manusianya sendiri tidak mengetahui kebenarannya (bisanya
hanya percaya saja), dan juga supaya manusia memiliki hikmat kebijaksanaan
dalam dirinya tentang Allah dan kebenaranNya.
Maka dengan adanya penulisan-penulisan ini diharapkan
bisa memperkaya pemahaman kita tentang dunia kegaiban, kebatinan dan spiritual,
bisa menjadi bahan untuk menyingkap misterinya secara logis dan bisa mengambil
manfaatnya dalam kebijaksanaan bersikap.
Keilmuan Supranatural / Metafisika yang dipelajari dan
dikembangkan manusia umumnya adalah dalam bentuk Ilmu Kanuragan dan Tenaga
Dalam, Kebatinan, Spiritual, Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam. Ilmu-ilmu itu berdiri
sendiri-sendiri dan memiliki kekuatannya sendiri-sendiri, tetapi bisa juga
merupakan satu rangkaian kesatuan ilmu. Walaupun sebenarnya masing-masing
adalah berbeda dan masing-masing memiliki kekuatannya sendiri-sendiri, tetapi
masing-masing juga memiliki kesamaan, yaitu berhubungan dengan kegaiban. Bahkan
ilmu-ilmu tersebut di atas dapat dirangkaikan menjadi satu kesatuan ilmu, ilmu
yang satu dirangkap dengan ilmu lainnya, sehingga hasilnya akan berlipat ganda
dibandingkan bila hanya sendiri-sendiri.
Untuk menjelaskan berbagai ilmu tersebut di atas,
yang semuanya juga berhubungan dengan kegaiban, Penulis mengambil pendekatan
dari cara seseorang menekuni ilmu tersebut. Biasanya jika seseorang mempelajari
ilmu tenaga dalam, kebatinan dan spiritual melalui suatu perguruan, tahapan
yang dilalui adalah sebagai berikut :
1. Olah Raga dan Olah
Fisik Kanuragan
2. Olah Nafas dan Tenaga Dalam
3. Olah Rasa
4. Olah Batin,
5. Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam
6. Olah Sukma
7. Olah Spiritual
8. Olah Roh - Manunggaling Kawula Lan Gusti
Tahapan-tahapan di atas tidak berarti harus dilalui seseorang untuk sampai pada tahapan berikutnya, karena ada yang hanya menekuni tahapan tertentu saja, sedangkan tahapan lainnya tidak ditekuninya. Dan juga tidak berarti bahwa seseorang yang menekuni sesuatu ilmu, maka pasti dia sudah menguasai tahapan ilmu sebelumnya. Misalnya ada yang menekuni olah raga atau oleh fisik saja, tetapi tidak mempelajari olah nafas dan tenaga dalam. Begitu juga yang mempelajari olah batin, mungkin itu saja yang dipelajari, tidak mempelajari tahapan-tahapan sebelumnya. Itu semua tergantung pada interest masing-masing orang dan program ilmu yang ditekuninya.
2. Olah Nafas dan Tenaga Dalam
3. Olah Rasa
4. Olah Batin,
5. Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam
6. Olah Sukma
7. Olah Spiritual
8. Olah Roh - Manunggaling Kawula Lan Gusti
Tahapan-tahapan di atas tidak berarti harus dilalui seseorang untuk sampai pada tahapan berikutnya, karena ada yang hanya menekuni tahapan tertentu saja, sedangkan tahapan lainnya tidak ditekuninya. Dan juga tidak berarti bahwa seseorang yang menekuni sesuatu ilmu, maka pasti dia sudah menguasai tahapan ilmu sebelumnya. Misalnya ada yang menekuni olah raga atau oleh fisik saja, tetapi tidak mempelajari olah nafas dan tenaga dalam. Begitu juga yang mempelajari olah batin, mungkin itu saja yang dipelajari, tidak mempelajari tahapan-tahapan sebelumnya. Itu semua tergantung pada interest masing-masing orang dan program ilmu yang ditekuninya.
Di dalam semua jenis keilmuan, ada satu hal
mendasar yang seringkali pengertiannya dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur
kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, termasuk
di dalam aktivitas manusia dalam mempelajari dan menekuni berbagai jenis
keilmuan. Unsur kebatinan itu adalah apa yang biasa disebut sebagai penjiwaan
atau penghayatan, yang sangat erat hubungannya dengan rasa dan sugesti.Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan,
mengolah tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual,
selalu terkandung di dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan
pada masing-masing hal yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan
penghayatan ini akan sangat membedakan hasil / prestasi yang diperoleh
seseorang dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.
Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek
kehidupan manusia, tidak hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek
kehidupan manusia, termasuk di jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan
sendiri seringkali secara dangkal dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun
di luar itu memang ada orang-orang tertentu yang secara khusus mempelajari
keilmuan kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat umum, tetapi juga
secara khusus dan mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu sendiri.
0LAH KEBATHINAN
Dalam kebatinan jawa, istilah roh
sedulur papat lan kalima pancer selalu disebutkan, karena pengertian
itu melandasi kekuatan sukma manusia, yang bila diyakini dan diolah lebih
mendalam akan memunculkan suatu kegaiban dan kekuatan gaib yang
berasal dari diri manusia sendiri, kegaiban sukma manusia, yang diolah melalui ketekunan
kepercayaan dan penyelarasan hidup dan pemujaan kepada Gusti Allah.
Termasuk ucapan yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka
itu akan benar terjadi, saking kersaning Allah. Orang yang sudah
sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur / idu
geni).
Sebenarnya sudah disadari bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer, yang biasanya terkait dengan konsep kebatinan tentang Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya kemudian berkembang menjadi ajaran keilmuan kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian kejawen.
Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian memberikan pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-sifat tanah, air, api, dsb dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai tandingan ajaran kejawen dan untuk menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum di masyarakat Jawa, roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis nafsu manusia ataupun disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia (juga untuk keperluan penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan disimpangkan artinya menjadi kalimat syahadat (Wikipedia)).
Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa konsep-konsep kejawen tersebut di atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri yang tidak dapat disamakan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan lain tersebut. Jika pun dihubungkan dengan penghayatan kebatinan masyarakat Jawa, maka arti dan maknanya dalam konsep pandangan lain tersebut tidak akan sama dengan arti dan maknanya dalam konsep kejawen di masyarakat. Atau juga jika diterapkan dalam keilmuan kebatinan, maka arti dan makna konsep dalam pandangan-pandangan lain tersebut sama sekali tidak akan berguna dalam keilmuan batin kejawen.
Dalam halaman ini Penulis menuliskan sebagian hubungan roh sedulur papat dengan kemampuan seseorang dalam keilmuan batin / gaib. Seringkali para praktisi kebatinan, termasuk orang-orang yang mampu melihat gaib, tidak menyadari keberadaan roh sedulur papat dan tidak mampu melihatnya, sehingga tidak mempunyai pemahaman yang dalam tentang roh sedulur papat dan seringkali juga tidak dapat mendaya-gunakan kemampuan roh-roh itu atau mendayagunakan kombinasi kesatuan roh Sedulur Papat dan roh Pancer.
Memang tidak semua orang, termasuk yang mampu melihat gaib, mampu untuk melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang. Roh Saudara Kembar / Sedulur Papat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilihat, sehingga seseorang yang telah dapat melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat-nya seringkali dianggap sebagai suatu keberuntungan dan keistimewaan tersendiri.
Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus benar-benar mirip dengan orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan penting yang harus dikembangkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan perbuatannya.
Pendayagunaan roh sedulur papat sebagai Guru Sejati dapat dilakukan dengan memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, ide dan ilham, penglihatan gaib dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri.
Sebenarnya sudah disadari bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer, yang biasanya terkait dengan konsep kebatinan tentang Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya kemudian berkembang menjadi ajaran keilmuan kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian kejawen.
Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian memberikan pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-sifat tanah, air, api, dsb dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai tandingan ajaran kejawen dan untuk menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum di masyarakat Jawa, roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis nafsu manusia ataupun disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia (juga untuk keperluan penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan disimpangkan artinya menjadi kalimat syahadat (Wikipedia)).
Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa konsep-konsep kejawen tersebut di atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri yang tidak dapat disamakan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan lain tersebut. Jika pun dihubungkan dengan penghayatan kebatinan masyarakat Jawa, maka arti dan maknanya dalam konsep pandangan lain tersebut tidak akan sama dengan arti dan maknanya dalam konsep kejawen di masyarakat. Atau juga jika diterapkan dalam keilmuan kebatinan, maka arti dan makna konsep dalam pandangan-pandangan lain tersebut sama sekali tidak akan berguna dalam keilmuan batin kejawen.
Dalam halaman ini Penulis menuliskan sebagian hubungan roh sedulur papat dengan kemampuan seseorang dalam keilmuan batin / gaib. Seringkali para praktisi kebatinan, termasuk orang-orang yang mampu melihat gaib, tidak menyadari keberadaan roh sedulur papat dan tidak mampu melihatnya, sehingga tidak mempunyai pemahaman yang dalam tentang roh sedulur papat dan seringkali juga tidak dapat mendaya-gunakan kemampuan roh-roh itu atau mendayagunakan kombinasi kesatuan roh Sedulur Papat dan roh Pancer.
Memang tidak semua orang, termasuk yang mampu melihat gaib, mampu untuk melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang. Roh Saudara Kembar / Sedulur Papat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilihat, sehingga seseorang yang telah dapat melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat-nya seringkali dianggap sebagai suatu keberuntungan dan keistimewaan tersendiri.
Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus benar-benar mirip dengan orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan penting yang harus dikembangkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan perbuatannya.
Pendayagunaan roh sedulur papat sebagai Guru Sejati dapat dilakukan dengan memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, ide dan ilham, penglihatan gaib dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri.
Untuk dapat lebih memahami isi dari tulisan di
halaman ini, sebaiknya mengetahui lebih dulu penjelasan tentang roh sedulur
papat yang dapat dibaca dalam tulisan :
Olah Sukma adalah bagian dari olah batin, tetapi
tingkatannya lebih tinggi daripada ilmu-ilmu kebatinan biasa, tetapi di sisi
lain, olah sukma ini juga menjadi dasar menuju tingkatan ilmu kebatinan dan
spiritual yang lebih tinggi. Dalam olah batin kita mengolah kekuatan batin dan
ilmu-ilmu kebatinan, sedangkan dalam olah sukma kita mengolah sukma
kita. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di leher sampai dahi
dan ubun-ubun.
Dalam olah batin kita mengolah kemampuan batin,
yaitu kekuatan dan kepekaan / ketajaman batin kita, kesatuan kesadaran (pancer)
dan sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari
kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan sugesti, firasat, olah
kekuatan dan kepekaan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.
Dalam olah sukma kita mengolah kemampuan sukma,
yaitu khusus mengolah kemampuan sukma, tentang apa yang dapat dilakukan oleh
sukma kita di dalam dan di luar tubuh kita (di alam gaib). Kekuatan sukma yang
didapat dari hasil oleh batin dan spiritual akan menentukan sejauh mana
kemampuan yang dapat dilakukan oleh sukma tersebut.
Contoh-contoh ilmu dalam olah sukma :
1. Ilmu Terawangan Gaib.
Terawangan Gaib adalah kemampuan untuk melihat
secara gaib ke tempat-tempat yang jauh yang jaraknya tidak cukup jelas untuk
dapat dilihat dengan mata kepala kita. Kemampuan melihat gaib menjadi dasar
untuk ilmu terawangan gaib. Ilmu terawangan gaib ini bisa digunakan untuk
melihat sosok-sosok gaib atau melihat suatu lokasi / objek tertentu, di tempat
yang jauh.
Banyak orang yang mampu melihat gaib, tetapi tidak
mengetahui prinsip cara kerjanya, sehingga seringkali terawangan gaib tidak
dibedakan dengan kemampuan melihat gaib, sehingga oleh banyak orang seringkali
dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda. Kemampuan melihat gaib adalah dasar
untuk terawangan gaib. Terawangan gaib adalah mendayagunakan kemampuan
melihat gaib untuk dapat mendeteksi / melihat suatu objek di tempat yang jauh.
Kemampuan melihat gaib dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu melihat gaib dengan cakra mata ketiga, melihat secara batin dan
melihat secara roh. Masing-masing cara melihat gaib ini memiliki kelemahan dan
kelebihan sendiri-sendiri.
Masih ada satu cara lagi dalam melihat gaib, yaitu
dengan bantuan khodam gaib atau sosok halus tertentu. Cara melihat gaib ini
adalah dengan menerima penglihatan gaib, yaitu seseorang menerima suatu
penglihatan gaib dengan cukup jelas tentang sosok-sosok gaib, atau tentang
suatu objek di suatu tempat, atau tentang suatu kejadian pada masa lalu atau
masa depan. Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan gaib di dalam
pikiran seseorang.
Penglihatan gaib ini diterima di dalam pikiran
seseorang dari suatu khodam ilmu, khodam pendamping, atau sosok gaib tertentu
yang berkenan kepadanya. Cara penglihatan gaib ini banyak dilakukan oleh
peramal-peramal dalam meramalkan suatu kejadian, karena dengan cara ini ia
dapat melihat suatu kejadian dengan cukup jelas di dalam pikirannya (orang Jawa
sering menyebut ini sebagai kaweruh / wangsit / wahyu).
Kemampuan ini seringkali didapatkan sejak seseorang
masih kecil, sehingga sering disebut "bakat bawaan lahir". Kondisi
ini mirip seperti seseorang yang ketempelan gaib, yang tanpa belajar sebelumnya
tetapi kemudian bisa mengobati orang atau bisa meramal. Kemampuan ini
didapatkan tanpa belajar, tanpa usaha, tanpa perlu menjalankan suatu laku
tirakat, dan bukan berasal dari kemampuannya sendiri, karena penglihatan itu
diterimanya dari sosok gaib lain.
Tetapi kemampuan melihat gaib dengan menerima
penglihatan gaib bisa juga dipelajari. Ada banyak amalan ilmu gaib yang
tujuannya khusus untuk kemampuan melihat gaib, mendatangkan penglihatan gaib,
atau menggerakkan khodam ilmu / pendamping untuk memberikan penglihatan gaib
atau untuk merogoh sukma. Proses yang umum adalah dengan cara "pengisian
ilmu" (diijazahkan). Biasanya sesosok mahluk halus disatukan dengan
seorang murid dengan cara memberikan air minum yang dibumbui minyak dan mantra,
rajah gaib, atau media spiritual lainnya. Selain itu bisa juga sesosok gaib
membawa roh seseorang keluar dari tubuhnya untuk melihat-lihat alam gaib.
Jadi dengan bantuan khodam gaib atau sosok halus
tertentu seseorang bisa melihat gaib dengan cara :
1. Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan
gaib di dalam pikirannya.
2. Sosok gaib itu membawa rohnya keluar dari tubuhnya untuk melihat alam gaib.
3. Dengan membacakan amalan gaib untuk melihat gaib atau untuk merogoh sukma.
2. Sosok gaib itu membawa rohnya keluar dari tubuhnya untuk melihat alam gaib.
3. Dengan membacakan amalan gaib untuk melihat gaib atau untuk merogoh sukma.
Kelemahan melihat gaib dengan menggunakan suatu
khodam gaib adalah bahwa kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia bisa
jadi adalah kejadian yang sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu, karena apa
yang dilihatnya adalah gambaran gaib yang diberikan oleh si khodam gaib, yaitu
gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, yang
kadangkala bukan kondisi alam gaib yang sesungguhnya.
1. Melihat gaib dengan cakra mata ketiga.
Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah
melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di
dahi, di antara 2 alis mata. Tetapi yang tidak disadari oleh banyak orang
adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini, roh
sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja
dan tidak disadari).
Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur
papatnya keluar mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian
mengirimkan gambarannya kepada roh pancer di dalam tubuh (kesadaran / pikiran)
melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga seseorang akan
"merasa" dapat melihat gaib secara langsung. Dengan kata lain, apa
yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan kepada pancernya,
melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut
melihatnya, sehingga seseorang akan "merasa" dapat melihat gaib
secara langsung dan secara sadar.
Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya
adalah adanya ikatan kuat dan komunikasi antara sedulur papat yang berada
diluar tubuh dengan sukma di dalam tubuh, melalui jalur komunikasi cakra energi
mata ketiga.
Pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata
ketiga ini, roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya. Jadi yang
melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang keluar dari tubuhnya, yang kemudian
mengirimkan gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh melalui jalur
komunikasi cakra energi mata ketiga.
Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara
otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya,
misalnya yang dibuka dengan olah tenaga dalam / prana / kundalini. Cakra-cakra
energi tubuh yang dibuka untuk tujuan pengolahan energi tubuh tidak langsung
berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban. Untuk dapat melihat gaib harus ada
pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu seringkali terjadi tidak disadari dan
tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus
dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan untuk tujuan pengolahan energi
tubuh. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi mempermudah "jalur
komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam
tubuh.
Kemampuan seseorang yang dapat melihat gaib melalui
cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan dibandingkan orang lain yang tidak
mampu melakukannya, tetapi dari sisi keilmuan gaib, kemampuan itu juga masih
mempunyai kelemahan.
Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui
cakra mata ketiga orang merasa dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup
jelas, tetapi seringkali kemampuan melihat dengan cara ini hanya dapat untuk
melihat kegaiban tingkat rendah saja. Cakra mata ketiga merupakan bagian dari
fisik manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan melihat gaib dengan
cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi cakranya. Dan
setelah dapat melihat gaib, biasanya seseorang sudah merasa puas, energi
kekuatan cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya, sukmanya sendiri
(roh pancer dan sedulur papatnya) juga tidak diolah untuk memiliki kekuatan
gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya lebih tajam,
sehingga seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat /
mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, dan tidak dapat melihat
/ mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.
Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan
adanya komunikasi antara roh sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian
seseorang harus melakukannya dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga
akan melelahkan pikiran). Kualitas penglihatan gaibnya tergantung juga pada
kemampuannya membaca gambaran gaib yang dikirimkan oleh roh sedulur papatnya
yang mengalir di pikirannya.
Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib itu juga
akan menyebabkan seseorang menjadi tidak peka batinnya, tidak dapat mendeteksi
kegaiban di lingkungannya berada, tidak bisa mengedepankan "rasa".
Orang-orang yang peka rasa batinnya akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya
berada, tetapi orang-orang yang terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga
seringkali tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya, kecuali mereka
melihat sosok-sosok gaibnya, dan seringkali juga tidak mengetahui kesejatian
dari apa yang dilihatnya, sehingga seringkali orang-orang tersebut tertipu
dengan penglihatannya, dan mereka akan memberikan cerita-cerita penjelasan
kepada orang lain yang awam yang tidak sesuai dengan hakekat kesejatian dari
apa yang dilihatnya, ceritanya akan bersifat dogma dan pengkultusan.
Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki
kemampuan melihat gaib seperti di atas seringkali tidak dapat mengendalikan
penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka dan terus melihat gaib, walaupun
tidak sedang ingin melihat gaib.
Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah
jika kekuatan sukma dan penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja
dalam kondisi tidur dan bermimpi, diluar kontrolnya roh sedulur papatnya pergi
keluar dari tubuhnya, suatu saat akan dapat menjadi musibah jika roh sedulur
papatnya ditangkap oleh roh halus lain. Akibatnya, orang tersebut akan dapat
menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah tubuhnya dan sakit-sakitan, bengong
melamun tak sadarkan diri, dsb.
Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang
dapat melihat gaib dengan mata ketiga. Kebanyakan mereka melakukannya dengan
melihat gaib secara batin, termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu
gaib yang sering muncul di TV. Sebenarnya yang mereka lihat awalnya juga
hanya sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna, sehingga pengetahuan mereka
tentang alam gaib juga terbatas, tetapi dengan mempertunjukkan keilmuan gaibnya
yang lain mereka tampak seolah-olah benar mumpuni dalam hal melihat gaib.
Tetapi kemampuan tersebut pada sebagian dari mereka memang sudah dilatih,
sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan lebih jelas, bukan hanya
melihat sekelebatan bayangan saja.
Pada masa sekarang ini kemampuan melihat gaib
dengan cakra mata ketiga lebih banyak dimiliki oleh orang-orang yang bisa melihat
gaib sejak kecil, merupakan kemampuan yang terjadi secara alami.
2. Melihat secara batin.
Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat
gaib melalui cakra mata ketiga. Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib
dengan mengandalkan ketajaman / kepekaan rasa dan batin (ketajaman
indera keenam) dan sedulur papatnya tidak bergerak keluar tubuh, biasanya cakra
mata ketiganya juga belum terbuka.
Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan
kesadaran kita, tetapi adalah kepekaan batin kita yang mampu mendeteksi
keberadaan suatu gaib di sekitar kita. Kalau tidak kuat lama berfokus pada
kepekaan batin, seringkali gambaran gaib yang tertangkap hanya
sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran
yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau ilham dari roh
sedulur papat.
Melihat secara batin ini biasanya terjadi pada
orang-orang yang peka / tajam batinnya, atau pada orang-orang yang mendalami
penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu batin. Orang-orang yang menekuni suatu
kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan
memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut
dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan dan ketajaman batin
(indera keenam) mereka tidak semata-mata dimaksudkan untuk melihat gaib, tetapi
bersifat umum dalam segala bidang.
Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya
digunakan untuk peka rasa terhadap suasana gaib di sekitar tempat mereka berada
dan berkomunikasi dengan para mahluk gaib yang ada. Komunikasi dengan roh-roh
lain (juga dengan roh sedulur papatnya) dilakukan secara kontak batin atau
kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga, sehingga tidak
harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib.
Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan
hanya dapat untuk mendeteksi keberadaan sosok mahluk gaib, tetapi juga peka
untuk merasakan tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, peka rasa untuk
menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang suatu kejadian yang akan
terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan ilham / wangsit
tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin
mereka itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung
pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kepekaan rasa
yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi kekuatan mereka untuk
mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.
Jadi kemampuan mereka melihat gaib tergantung pada kepekaan
rasa dan batin mereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan
menangkap sinyal gaib dari roh sedulur papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan
kekuatan sukmanya.
Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya
komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga. Justru disitu
kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada adanya komunikasi antar roh, tidak
bergantung pada cakra energi mata ketiga, dan tidak harus dilakukan dengan
konsentrasi khusus.
Bila kepekaan batin kuat, orang akan mudah
untuk merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, mudah untuk menerima
sinyal dari sedulur papatnya yang dapat berupa firasat, ilham, tanda-tanda
petunjuk, rasa / feeling / intuisi, dan penglihatan / gambaran-gambaran gaib, dsb.
Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat
dengan kesadaran / pancer-nya lemah, gambaran gaib yang diterimanya hanya akan
berupa sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, tidak jelas, dan untuk
mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan
wangsit / ilham. Tetapi bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan
kesadaran / pancer-nya kuat, dan memiliki kemampuan yang baik untuk fokus
dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya), gambaran-gambaran gaib itu
dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.
Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat
penglihatannya yang tidak langsung, dan seringkali dialami oleh para pemula,
penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, hanya sekelebatan
saja, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau hanya
halusinasi saja. Kelemahan ini bisa diatasi kalau saja kita dapat berinteraksi
langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan
cara-cara olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok
itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.
Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau meditasi energi, atau cara-cara kebatinan yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik : sama-sama selamat.
Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau meditasi energi, atau cara-cara kebatinan yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya untuk pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik : sama-sama selamat.
Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kekuatan
kegaiban batin dan sukma mereka bisa disatukan dengan alam gaib (secara
kebatinan mereka "masuk" ke alam gaib) untuk digunakan merasakan
suasana gaib di lingkungan mereka berada dan untuk mengendalikan kegaiban di
sekitar mereka, untuk mengusir / menyerang / menarik / menundukkan atau untuk
berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib tertentu, sehingga kelemahan melihat gaib
secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada
orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa dan batin saja, dan tidak
mempunyai kemampuan lain yang lebih daripada itu, yang tidak mempunyai
kemampuan untuk "bermain" di alam roh.
Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu akan menjadi dasar untuk ditingkatkan pada kemampuan yang lebih tinggi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan cara-cara olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat. Dengan peka rasa seseorang bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya dan bisa semakin "masuk" ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan dengan mengandalkan kekuatan kebatinannya seseorang akan dapat "bermain", bertarung, dan berkuasa di alam gaib. Sambil berkonsentrasi peka rasa tersebut, seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu amalan gaib, rohnya keluar dari tubuhnya dan masuk ke alam roh (tetapi sebaiknya jangan melakukan merogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari guru yang benar mengerti keilmuannya).
Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu akan menjadi dasar untuk ditingkatkan pada kemampuan yang lebih tinggi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan berinteraksi langsung secara energi dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan cara-cara olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat. Dengan peka rasa seseorang bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya dan bisa semakin "masuk" ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan dengan mengandalkan kekuatan kebatinannya seseorang akan dapat "bermain", bertarung, dan berkuasa di alam gaib. Sambil berkonsentrasi peka rasa tersebut, seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu amalan gaib, rohnya keluar dari tubuhnya dan masuk ke alam roh (tetapi sebaiknya jangan melakukan merogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari guru yang benar mengerti keilmuannya).
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan /
spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge
winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar
sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegaiban
sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka,
menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya
kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi
terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai
efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.
Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik dan kebatinan,
kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat
tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh
sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka
berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat
tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa
perlu amalan gaib.
3. Melihat secara roh.
Pada tahapan dasar, melihat secara roh akan sama
dengan melihat secara batin. Tetapi pada tingkatan yang lebih tinggi, melihat
secara roh akan dapat mirip dengan melihat dengan cakra mata ketiga, yaitu
sedulur papatnya bergerak keluar tubuh. Pada penguasaan tingkat lanjut,
seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu medhar sukma dalam kehidupannya
sehari-hari, sehingga apa saja yang dialami dan dilihat oleh sukmanya itu, dia
juga dapat mengetahuinya, tetapi kebanyakan orang yang menguasai ilmu medhar
sukma tidak berasal dari pengembangan melihat secara roh, tetapi dari ilmu gaib
atau ilmu kebatinan.
Pada tahapan dasar, melihat secara roh akan sama
dengan melihat secara batin. Kalau tidak kuat lama berfokus pada kepekaan
batin, seringkali yang kelihatan hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja,
dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap banyak mengandalkan
bisikan wangsit / ilham. Jadi melihat secara batin dapat menjadi dasar untuk
dikembangkan menjadi melihat secara roh.
Pada tingkatan yang tinggi, melihat secara roh akan
mirip dengan melihat dengan cakra mata ketiga, yaitu sedulur papatnya bergerak
keluar tubuh. Tetapi ada perbedaannya, yaitu melihat secara roh tidak
mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga,
tetapi dilakukan secara kontak batin. Justru disitu kelebihannya, yaitu tidak
bergantung pada cakra energi mata ketiga.
Masing-masing roh dapat berinteraksi saling
memberikan penglihatan gaib dan dapat juga berdiri sendiri-sendiri. Dengan
melihat secara roh, seseorang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya saja,
atau dengan menerima penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya, atau
kedua-duanya. Melihat secara roh memiliki peluang yang lebih luas untuk
dikembangkan.
1. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat
melihat gaib dengan roh Pancer-nya saja. Ketika seseorang ingin melihat sesuatu
secara langsung, atau ketika roh sedulur papatnya pergi jauh ke suatu tempat
tertentu, seseorang tetap bisa melihat gaib dengan roh Pancernya di dalam tubuh
(melihat dengan sadar), tidak perlu menunggu adanya pemberitahuan penglihatan
atau komunikasi dengan roh sedulur papatnya.
2. Dengan melihat secara roh, seseorang juga dapat
melihat gaib dengan cara menerima penglihatan dari roh sedulur papatnya. Roh
sedulur papat kita itu bisa pergi kemana saja yang kita inginkan. Dengan
menerima penglihatan dari roh sedulur papat, maka apa yang dilihat oleh mereka,
kita juga bisa melihatnya, apa yang dialami oleh mereka, kita juga bisa
merasakannya. Komunikasi dengan roh sedulur papat dilakukan secara kontak batin
atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga, sehingga
tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib, dan bisa
dilakukan sambil tetap sadar dan bekerja, sambil menyetir mobil atau melakukan
aktivitas lain.
3. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat
melihat gaib dengan roh Pancer-nya (kesadarannya), sambil sekaligus menerima
penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya, seolah-olah roh sedulur papatnya
itu adalah pribadi lain yang tidak terkait dengan dirinya. Masing-masing roh
dapat saling memberikan penglihatan gaib dan dapat saling berkomunikasi /
bertukar pikiran seolah-olah mereka adalah pribadi yang berdiri
sendiri-sendiri.
Dalam hal ini penerapan melihat secara roh akan
sama dengan penerapan ilmu medhar sukma, yaitu rohnya dapat dengan
sengaja dipecah, sehingga roh sedulur papatnya dapat terpisah keluar dari
tubuhnya, terpisah dari Pancer, dapat dipecah menjadi 2, menjadi 3 atau menjadi
4.
Bila orang tersebut juga menguasai ilmu merogoh
sukma dan medhar sukma, maka ketika sukmanya keluar dari raganya,
sukma itu dapat dipecah menjadi 5 roh yang wujudnya mirip dan serupa, yaitu 1
roh pancer dan 4 roh sedulur papat (roh pancer akan tampak lebih tebal
dan jelas, sedangkan roh sedulur papat lebih tipis transparan).
Dengan demikian, dengan cara kombinasi penglihatan
di atas, seseorang dapat melihat banyak hal sekaligus. Atau bila difokuskan
pada satu objek tertentu, seseorang akan dapat melihat dari banyak sisi dan
akan memiliki pengetahuan lebih banyak, karena apa yang dilihatnya adalah
penglihatannya sendiri ditambah penglihatan-penglihatan dari para roh sedulur
papatnya.
Masing-masing roh itu akan dapat berperan
seolah-olah mereka adalah roh-roh yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga antara
mereka masing-masing dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran, dan
masing-masing dapat saling menceritakan apa yang dilihatnya dari sudut pandang
penglihatannya masing-masing.
Bila penglihatan itu difokuskan pada satu objek
tertentu, maka yang dilihatnya adalah penglihatannya sendiri (pancer) ditambah
dengan apa yang dilihat oleh para sedulur papatnya. Pengetahuan yang didapatkan
dari penglihatan itu adalah pengetahuan dari kesadarannya sendiri ditambah
pengetahuan dari para sedulur papatnya. Dalam hal ini, bila penglihatan gaib
itu difokuskan pada satu objek tertentu, maka pengetahuan penglihatan yang
didapatkan akan sama seperti penglihatan dari 5 orang yang berbeda terhadap
satu objek.
Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan roh dan
ketajaman penglihatan gaib masing-masing roh juga dapat digabungkan /
disatukan, sehingga kekuatan rohnya, dan ketajaman / kemampuannya melihat gaib
akan menjadi berlipat-lipat, berguna sekali untuk menghadapi kekuatan gaib yang
tinggi dan untuk mengetahui kegaiban yang berdimensi tinggi.
Melihat secara roh ini akan dapat menjadi
penglihatan spiritual dan akan mendatangkan pengetahuan spiritual. Cakra yang
bekerja adalah cakra di ubun-ubun dan cakra mahkota. Bila cara ini ditekuni
akan bisa mengantarkan seseorang ke tingkatan spiritual yang tidak terhingga
dan bisa sampai pada pengetahuan gaib berdimensi tinggi, kemampuan-kemampuan
yang akan sulit sekali dicapai oleh manusia umum.
Roh para sedulur papat itu dapat berperan sebagai
pribadi tersendiri yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi, dan karenanya
mereka dapat berperan sebagai guru sejati yang mengajarkan dan memberitahukan
banyak hal kepadanya. Komunikasi antara pancer (kesadaran) dengan roh
sedulur papat itu terjadi secara kontak batin, atau sebagai ilham yang mengalir
di dalam pikiran, atau sama dengan komunikasi seseorang dengan khodam
pendampingnya atau seperti komunikasi dengan sosok roh lain.
Cara melihat secara roh ini juga dapat digunakan
dengan cara meminjam / melihat apa yang dilihat oleh sukma orang lain. Misalnya
kita ingin mengetahui apa yang ada di rumah seseorang, maka kita secara roh
menyelaraskan frekuensi dengan sukma orang si pemilik rumah, sehingga apa yang
diketahui oleh orang tersebut (sukmanya), kita juga dapat mengetahuinya (cara
ini biasanya dilakukan orang bukan dengan cara melihat secara roh, tetapi
dengan menerima penglihatan gaib dari khodam ilmu / pendampingnya).
Cara melihat gaib ini disebut melihat gaib secara
roh, karena seseorang yang melakukan cara ini, sebenarnya yang melihat gaib
adalah rohnya, bukan kesadaran atau mata kepalanya. Itulah sebabnya pada
awalnya, pada tingkatan dasar, seseorang akan bingung apakah penglihatan itu
sungguhan atau halusinasi, karena dengan matanya seseorang tidak bisa melihat
gaib, tetapi bayangan sosok gaib itu ada mengalir di dalam pikirannya. Cara membuktikan
itu halusinasi atau bukan adalah dengan mencocokkan penglihatannya dengan orang
lain yang bisa melihat gaib.
Bila kekuatan sukma seseorang (kesatuan roh pancer
dan sedulur papat) sudah cukup kuat, maka keberadaan roh sedulur papat dapat
menjadi perisainya yang melindunginya dari gangguan dan serangan mahluk halus
dan dapat juga digunakan mengusir suatu sosok mahluk halus tertentu tanpa
seseorang harus bergerak secara fisik.
Rahasia kemampuan melihat gaib bukan pada telah
terbukanya cakra-cakra tubuh, tetapi dengan telah terbukanya cakra-cakra tubuh
akan mempermudah melihat gaib. Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja
secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra mata ketiganya atau
cakra di ubun-ubun kepala atau cakra mahkota, misalnya yang dibuka dengan olah
tenaga dalam / prana atau kundalini.
Untuk keperluan melihat gaib, cakra-cakra itu harus
dibuka untuk tujuan melihat gaib, bukan untuk tujuan pengolahan energi.
Pembukaan cakra-cakra itu harus dengan sugesti menggerakkan sukma. Kemampuan
melihat gaib tidak dilakukan dengan membuka dan mengolah cakra-cakra tubuh
dengan cara yang sama dengan tujuan olah energi, tetapi harus dilatih untuk
kepekaan dan ketajaman rasa / batin. Dengan telah terbukanya cakra mata ketiga
dan cakra di ubun-ubun kepala akan mempermudah "jalur komunikasi"
antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh.
Rahasia kemampuan melihat gaib ada pada tingkat
kepekaan batin dan kesatuan antara kesadaran (pancer) dan para sedulur papat
dan komunikasinya. Pergerakan para sedulur papat ini tidak banyak diketahui
orang, karena walaupun banyak orang dapat melihat gaib, tetapi jarang sekali
yang dapat melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih
sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh
halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang.
Kekuatan batin / sukma dan kepekaan rasa menentukan
tingkatan dimensi gaib yang bisa dideteksi. Semakin peka batinnya dan kuat
sukmanya, semakin tinggi tingkatan dimensi gaib yang bisa dideteksinya.
Melihat gaib dengan mata ketiga biasanya hanya
dapat untuk melihat mahluk gaib tingkat rendah dan yang jaraknya tidak jauh.
Bila sukmanya dan energi cakra mata ketiganya kurang kuat, maka bila digunakan
untuk melihat jauh, yang dilihatnya hanya samar-samar saja.
Melihat secara batin dapat digunakan untuk
mendeteksi tingkatan dimensi gaib rendah sampai menengah. Tetapi bila
kepekaan dan sukmanya kuat akan dapat juga mendeteksi dan berhadapan dengan
mahluk gaib kelas atas.
Melihat secara roh dapat untuk mengetahui
keberadaan mahluk halus tingkat rendah sampai yang berdimensi tinggi, juga bisa
untuk mendapatkan pengetahuan gaib berdimensi tinggi. Pengetahuan gaib yang
didapatkan bukan hanya tentang kegaiban biasa, tetapi juga akan mengarah pada
dunia spiritual dan ketuhanan.
Kalau terbiasa mengasah kepekaan rasa, biasanya
sukma kita juga akan bekerja, sehingga kita dapat mendeteksi keberadaan sesuatu
gaib dan juga bisa terbayang sosoknya seperti apa. Kalau kita bisa fokus kuat
dan lama pada kepekaan rasa, maka gambaran yang kita terima juga akan jelas.
Dengan cara ini kita menjalin komunikasi dengan sukma kita, sehingga
pemberitahuan dari mereka berupa ilham dan gambaran gaib bisa kita terima
dengan baik sinyalnya di dalam pikiran kita dan kemampuan ini akan sama dengan
melihat secara batin.
Bila kemampuan melihat secara batin dan roh
digunakan untuk menerawang tempat atau objek yang jauh, biasanya cakra energi
di ubun-ubun kepala dan cakra mahkota akan terbuka sedikit demi sedikit dan
energinya menguat. Bila terlalu dipaksakan maka akan cepat lelah pikirannya.
Tetapi bila sudah terbiasa, maka sukmanya dan energi cakra di kepalanya akan
kuat dan akan mampu juga melihat dimensi gaib tingkat tinggi. Selain itu,
sukmanya juga akan meningkat kekuatannya dan memiliki kekuatan batin / roh yang
tajam yang bisa digunakan melalui desakan nafas, sorot mata atau pikiran untuk
menyerang / mengusir mahluk halus.
Catatan:
Prinsip dasar melihat gaib adalah kepekaan batin
dan rasa untuk menangkap sinyal berupa gambaran gaib yang dikirimkan oleh sukma
/ roh kita dalam bentuk ilham / bayangan penglihatan yang mengalir di pikiran
kita. Dalam hal ini konsentrasinya ada pada permainan batin, bukan pikiran.
Kalau setelah kita menerima gambaran gaib itu kemudian kita memperjelas
gambarannya dengan berpikir, biasanya kemudian gambaran itu akan hilang. Karena
itu tetaplah fokus pada batin, bukan pikiran. Biarkan gambarannya terus
mengalir terbayang dalam pikiran kita dan kita usahakan bisa lama
berkonsentrasi batin seperti itu, jangan terus beralih menggunakan pikiran
(istirahatkan pikiran, batin yang bekerja). Dalam hal ini kita tidak
mengedepankan nalar / pikiran, tetapi penerimaan batin, sesudah itu barulah
dinalar dengan pikiran.
Sebagai penjelasan, manusia terdiri
dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh. Roh manusia terbagi menjadi
2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur Papat mendampingi Pancer,
karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka tidak sungguh-sungguh
menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia meninggal dan rohnya
menyatu menjadi arwah).
Dalam kehidupan sehari-hari, roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu juga menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan otak / pikiran manusia, dan menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa berjalan. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia.
Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika, merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia, dsb, semuanya adalah aktivitas biologis manusia. Dalam hal ini Roh Pancer manusia hadir dan bertindak sebagai mahluk biologis.
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang berperan dalam keseharian manusia adalah Roh Pancer. Roh Sedulur Papat bersifat mendampingi dan membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham dan bisikan hati / nurani).
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan, dalam bentuk rasa dan firasat, gambaran-gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.
Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok berlogika, menonjolkan kepintarannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-an dan dogma / doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, maka dia lebih mengutamakan aspek biologisnya, aspek manusia keduniawiannya, sehingga tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu peka batin, memperhatikan rasa dan firasat, dia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban alam, karena dia kental berhubungan dengan rohnya.
Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.
Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat, karena keberadaan mereka mendampingi Pancer, maka mungkin kita juga akan dapat mengetahui keberadaan roh-roh lain dan dapat juga mengetahui sesuatu kejadian sebelum kejadiannya terjadi (weruh sakdurunge winarah) melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya. Pemberitahuan / peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang, penglihatan gaib, wangsit / bisikan gaib, mimpi, rasa, firasat, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan suatu kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan untuk mengetahui maksudnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu juga menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan otak / pikiran manusia, dan menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa berjalan. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia.
Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika, merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia, dsb, semuanya adalah aktivitas biologis manusia. Dalam hal ini Roh Pancer manusia hadir dan bertindak sebagai mahluk biologis.
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang berperan dalam keseharian manusia adalah Roh Pancer. Roh Sedulur Papat bersifat mendampingi dan membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham dan bisikan hati / nurani).
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan, dalam bentuk rasa dan firasat, gambaran-gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.
Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok berlogika, menonjolkan kepintarannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-an dan dogma / doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, maka dia lebih mengutamakan aspek biologisnya, aspek manusia keduniawiannya, sehingga tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu peka batin, memperhatikan rasa dan firasat, dia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban alam, karena dia kental berhubungan dengan rohnya.
Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.
Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat, karena keberadaan mereka mendampingi Pancer, maka mungkin kita juga akan dapat mengetahui keberadaan roh-roh lain dan dapat juga mengetahui sesuatu kejadian sebelum kejadiannya terjadi (weruh sakdurunge winarah) melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya. Pemberitahuan / peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang, penglihatan gaib, wangsit / bisikan gaib, mimpi, rasa, firasat, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan suatu kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan untuk mengetahui maksudnya.
2. Ilmu
Merogoh Sukma atau Melolos Sukma.
Dengan ilmu ini keseluruhan sukma / roh kita dapat
pergi keluar dari raga kita. Jadi secara sadar kita bisa keluar dari badan
kita, pergi mendatangi tempat yang jauh atau melihat dunia gaib beserta
sosok-sosok penghuninya, atau bertarung secara roh dengan mahluk halus lain.
Misalnya badan kita ada di rumah, sedangkan kita (roh) pergi jauh ke tempat
lain. Badan yang kita tinggalkan akan tampak seperti badan orang yang sedang
tidur atau mati suri.
Kelemahan ilmu ini adalah kita tidak boleh
berlama-lama keluar dari badan kita. Roh manusia atau sukma adalah
penentu adanya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Jangan sampai karena
roh kita kelamaan keluar dari raga kita, maka energi kehidupan di dalam raga
itu menjadi mati.
Kelemahan lainnya adalah pada saat kita merogoh
sukma, badan kita tidak boleh disentuh atau dikagetkan atau dibangunkan oleh
orang lain yang tidak tahu kalau kita sedang merogoh sukma. Bila hal itu
terjadi, maka mungkin kemudian penyatuan sukma kita dengan badan kita tidak
sempurna (bisa lemah tubuhnya, atau lemah ingatannya atau terganggu jiwanya).
Karena itu, seringkali orang yang akan menjalankan
ilmu ini akan mengunci diri di dalam kamar tertutup, atau menyepi di goa /
tempat yang sepi tidak berpenghuni, supaya tidak ada yang mengganggu. Dan di
alam gaib, sukmanya tidak boleh sampai ditahan atau ditangkap oleh sosok gaib
lain untuk waktu yang lama. Jika itu terjadi, maka sukmanya tidak dapat kembali
lagi menyatu dengan raganya, karena raga itu sudah mati.
Roh / Sukma adalah penentu adanya energi kehidupan
di tubuh manusia. Seseorang yang sedang merogoh sukma tidak boleh terlalu lama
rohnya keluar dari tubuhnya, jangan sampai ketika ia kembali ternyata tubuhnya
telah mati (karena energi kehidupannya telah mati).
Jadi kalau seseorang keasyikan berada di alam roh atau rohnya ada yang menahan sehingga tidak dapat segera kembali ke tubuhnya, sehingga menjadi terlalu lama rohnya berada di luar tubuhnya, mungkin dia tidak akan bisa kembali lagi ke tubuhnya, karena bisa jadi energi kehidupan di tubuhnya telah mati.
Pada saat seseorang merogoh sukma ada garis sinar putih keperakan yang menghubungkan pusar tubuhnya dengan pusar di tubuh rohnya. Kekuatan sukma menentukan tebal tipisnya garis sinar itu. Semakin lama rohnya berada di luar tubuhnya, sinar keperakan itu akan semakin memudar. Ketika sinar itu sudah semakin memudar / menipis, itulah tanda bahwa roh orang itu harus secepatnya kembali ke tubuhnya. Kalau kemudian sinar itu sirna / hilang, maka putuslah hubungan kehidupan rohnya dengan tubuhnya.
Jadi kalau seseorang keasyikan berada di alam roh atau rohnya ada yang menahan sehingga tidak dapat segera kembali ke tubuhnya, sehingga menjadi terlalu lama rohnya berada di luar tubuhnya, mungkin dia tidak akan bisa kembali lagi ke tubuhnya, karena bisa jadi energi kehidupan di tubuhnya telah mati.
Pada saat seseorang merogoh sukma ada garis sinar putih keperakan yang menghubungkan pusar tubuhnya dengan pusar di tubuh rohnya. Kekuatan sukma menentukan tebal tipisnya garis sinar itu. Semakin lama rohnya berada di luar tubuhnya, sinar keperakan itu akan semakin memudar. Ketika sinar itu sudah semakin memudar / menipis, itulah tanda bahwa roh orang itu harus secepatnya kembali ke tubuhnya. Kalau kemudian sinar itu sirna / hilang, maka putuslah hubungan kehidupan rohnya dengan tubuhnya.
Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan
mendalami kebatinan biasanya akan memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang
tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan keselarasan dengan
ke-maha-kuasa-an Tuhan. Banyak di antara mereka yang memiliki kegaiban
tinggi dan menjadi orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan
sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari
belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan
minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan
keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma,
bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian
moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih
dahulu mengalami kematian.
Pada jaman sekarang seringkali kemampuan merogoh
sukma ini didapatkan dengan cara mengamalkan mantra / amalan ilmu gaib dan ilmu
khodam. Seringkali penggunaan ilmu merogoh sukma itu di dalam amalan /
mantranya dikhususkan hanya untuk tujuan tertentu saja dan tidak bisa digunakan
untuk tujuan lain yang tidak disebutkan di dalam mantranya. Misalnya di dalam
mantranya hanya untuk melihat suatu lokasi tertentu saja di alam manusia atau
hanya untuk berjalan-jalan di alam gaib (tidak untuk melihat sosok-sosok gaib),
atau dikhususkan hanya untuk melihat / bertemu dengan sosok halus tertentu saja
(tidak untuk melihat sosok-sosok halus yang lain dan tidak untuk melihat lokasi
yang lain). Dengan demikian penggunaannya menjadi terbatas karena mengikuti
sugesti dari amalah gaibnya.
Selain adanya keterbatasan pada penggunaannya
seperti disebutkan di atas, para pelaku merogoh sukma, dalam kondisinya ketika
tidak sedang merogoh sukma belum tentu orang itu dapat melihat gaib, karena
kemampuannya melihat gaib hanya bisa dilakukannya ketika sedang merogoh sukma,
itu pun hanya untuk melihat sosok-sosok halus tertentu saja. Bisa terjadi
begitu karena orang itu secara sadar (ketika tidak sedang merogoh sukma) belum
bisa membebaskan rohnya dari belenggu biologisnya, rohnya di dalam tubuhnya
belum bisa berinteraksi dengan dunia roh.
3. Ilmu Medhar
Sukma ( ilmu untuk memecah sukma ).
Ilmu ini lebih tinggi dari Ilmu Merogoh
Sukma. Dengan ilmu ini kita bisa dengan sengaja
memecah sukma kita. Kesadaran kita adalah pancer, sedangkan sukma kita yang
lain disebut sedulur kita. Sedulur kita inilah yang kita pecah, sehingga bisa
terpisah dari pancer kita, bisa dipecah menjadi 2, menjadi 3 atau menjadi 4.
Sedulur kita itu bisa pergi kemana saja yang kita inginkan. Apa yang dilihatnya
kita juga bisa melihatnya, apa yang dialaminya kita juga bisa merasakannya.
Ilmu ini diterapkan untuk mengatasi kelemahan yang
ada pada ilmu merogoh sukma. Kita bisa mengamalkan ilmu ini sambil kita tetap
sadar dan bekerja, menyetir mobil atau sambil melakukan aktivitas lain, tidak
lagi harus melakukannya dengan konsentrasi khusus, tidak perlu lagi
mengunci diri di dalam kamar dan tidak masalah berapa lama sukma kita terpecah
berada di luar tubuh kita. Apa yang dilihat oleh para sedulur papat, kita juga
bisa melihatnya, apa yang dialaminya kita juga bisa merasakannya. Tetapi bagi
orang yang sukmanya belum kuat, tubuhnya akan menjadi lemah dan mudah sakit
bila sukmanya itu terpecah atau terpisah, dan di alam gaib, sukma kita tidak
boleh sampai ditahan atau ditangkap oleh gaib lain.
Bila orang tersebut juga menguasai ilmu merogoh
sukma, maka ketika sukmanya keluar dari raganya, sukma itu dapat dipecah
menjadi 5 roh yang wujudnya mirip dan serupa, yaitu 1 roh pancer dan 4 roh
sedulur papat (roh pancer akan tampak lebih tebal dan jelas, sedangkan
roh sedulur papat lebih tipis transparan). Tetapi kebanyakan orang yang memecah
sukmanya ketika merogoh sukma, sukmanya hanya bisa dipecah menjadi 2 roh, yaitu
1 roh pancer dan 1 kesatuan roh sedulur papat.
Kebanyakan orang belum dapat menggunakan ilmu
medhar sukma untuk melihat gaib seperti contoh melihat gaib secara roh di atas.
Kebanyakan orang menguasai ilmu medhar sukma hanya pada tingkatan dasar saja,
yaitu hanya untuk memerintah roh sedulur papatnya untuk melakukan suatu
perbuatan tertentu, misalnya untuk menyerang / mengusir suatu sosok mahluk
halus atau untuk diperintah mengambilkan suatu benda pusaka dari alam gaib (roh
sedulur papatnya diperlakukan seperti khodam ilmu), dan dilakukannya dengan
terus berkonsentrasi untuk mengikuti apa yang diperbuat oleh sedulur papatnya
itu.
Penggunaan ilmu medhar sukma untuk melihat gaib
(melihat gaib secara roh) adalah suatu kemampuan khusus tingkat tinggi yang
tidak semua orang yang menguasai ilmu medhar sukma dapat melakukannya. Mereka
yang dapat menggunakan ilmu medhar sukma untuk melihat gaib, juga dapat
memerintahkan sedulur papatnya berperan sebagai khodam ilmu, yaitu untuk
melakukan perbuatan tertentu yang sama seperti contoh penggunaan ilmu medhar
sukma di atas.
Ilmu medhar sukma ini dapat juga digunakan untuk
keperluan ilmu gaib lain, seperti untuk merasuk ke dalam diri seseorang untuk
mempengaruhi pikirannya, atau untuk menyampaikan suatu berita / perintah atau
untuk berkomunikasi dengan orang lain (melalui mimpi atau menampakkan diri di
hadapan seseorang).
Ada ilmu lain atau kejadian yang mirip dengan
kejadian pada ilmu medhar sukma. Misalnya ada beberapa orang yang bersaksi
telah melihat si A ada di suatu tempat atau ada di beberapa tempat pada saat
yang bersamaan. Bisa jadi ini adalah penerapan dari ilmu medhar sukma, atau
bisa juga itu adalah penampakkan gaib dari khodam ilmu seseorang, atau bisa
juga penampakkan dari mahluk jadi-jadian. Kebenaran kejadian itu tidak bisa
dipastikan, karena orang yang bersaksi itu juga tidak dapat memastikan apakah
yang dilihatnya itu benar si A ataukah itu suatu bentuk penampakkan gaib.
------------------
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, kemampuan terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan gaib mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.
Pada jaman sekarang lmu-ilmu olah sukma di atas tidak harus dipelajari dengan menjalani olah kebatinan terlebih dahulu. Orang yang sudah dapat merogoh sukma tidak berarti dia sudah menguasai perihal ilmu kebatinan, karena mungkin ilmu merogoh sukma itu saja yang dia bisa, sedangkan ilmu kebatinan yang lain tidak ditekuninya. Bisa terjadi demikian karena ilmu merogoh sukma bisa didapat tanpa melalui tahapan olah kebatinan, tetapi melalui Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam yang mempelajari secara khusus satu per satu ilmu-ilmu tersebut.
Ada pembaca yang bertanya tentang apa tandanya seseorang sudah bisa melihat gaib secara roh, yang berbeda dengan melihat gaib secara batin.Biasanya orang tidak membeda-bedakan cara-cara melihat gaib, karena tujuannya adalah hanya untuk bisa melihat gaib, terserah bagaimana caranya. Pembedaan istilah melihat gaib dengan mata ketiga, melihat gaib secara batin dan melihat gaib secara roh dilakukan oleh Penulis supaya jika kita bisa membedakannya dan tahu cara kerjanya, maka kemampuan itu bisa ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi.
Melihat secara roh biasanya adalah kelanjutan dari melihat secara batin, sehingga kadangkala orang juga tidak dapat membedakan melihat secara roh dengan melihat secara batin. Yang membedakan adalah tingkat kemampuannya.
Melihat secara roh biasanya terkait dengan kemampuan lain seperti merogoh sukma atau medhar sukma, atau kemampuan lain secara roh, sehingga penekanannya adalah mendayagunakan kemampuan roh, bukan batin lagi.
Keakuratan Melihat GaibAda juga pertanyaan tentang keakuratan melihat gaib.
Ada beberapa hal yang menyebabkan melihat gaib tidak akurat :
1. Melihat gaib dengan bantuan khodam atau sosok halus tertentu.
2. Ber-ilusi membayang-bayangkan sosok gaibnya.
3. Sebelumnya sudah mempunyai sugesti gaib sendiri.
4. Dikelabui oleh sosok gaib.
Uraiannya sbb :
1. Melihat gaib dengan bantuan khodam atau sosok halus tertentu.
Melihat gaib dengan bantuan khodam atau sosok halus
tertentu berarti ada suatu penglihatan gaib yang diterima oleh seseorang di
dalam pikirannya dari suatu khodam ilmu, khodam pendamping, atau sosok gaib
tertentu yang berkenan kepadanya. Sosok gaib itu memberikan suatu gambaran
penglihatan gaib di dalam pikirannya.
Cara penglihatan gaib ini banyak dilakukan oleh
peramal-peramal dalam meramalkan suatu kejadian, karena dengan cara ini ia
dapat melihat suatu kejadian dengan cukup jelas di dalam pikirannya (orang Jawa
sering menyebut ini sebagai kaweruh / wangsit / wahyu). Ada juga wahyu
spiritual yang diberikan Dewa kepada orang-orang tertentu sehingga bisa
menyampaikan ramalan-ramalan tentang kejadian-kejadian hingga beratus-ratus
tahun ke depan atau beratus-ratus tahun ke belakang.
Melihat gaib dengan menerima penglihatan gaib bisa
juga dilakukan dengan membacakan suatu amalan gaib. Ada banyak amalan ilmu gaib
yang tujuannya khusus untuk kemampuan melihat gaib, mendatangkan penglihatan
gaib, atau menggerakkan khodam ilmu / pendamping untuk memberikan penglihatan
gaib atau untuk merogoh sukma. Proses yang umum adalah dengan cara
"pengisian ilmu" (diijazahkan). Biasanya sesosok mahluk halus disatukan
dengan seorang murid dengan cara memberikan air minum yang dibumbui minyak dan
mantra, rajah gaib, atau media spiritual lainnya. Selain itu bisa juga sesosok
gaib membawa roh seseorang keluar dari tubuhnya untuk melihat-lihat alam gaib.
Seseorang yang mempunyai khodam pendamping atau ada
sosok halus tertentu di dalam tubuhnya, ketika berusaha untuk melihat gaib,
kadangkala yang dilihatnya adalah penglihatan gaib yang diberikan oleh sosok
halus tersebut yang bersamanya. Kadangkala dalam kondisi tertentu atau di suatu
lokasi tertentu sosok halus itu juga memberikan penglihatan gaib tertentu
kepadanya. Dalam hal ini orang tersebut merasa melihat gaib, tetapi seringkali
yang dilihatnya bukan kejadian yang sebenarnya.
Kelemahan melihat gaib dengan menggunakan suatu
khodam gaib adalah bahwa kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia bisa
jadi adalah kejadian yang sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu, karena apa
yang dilihatnya adalah gambaran gaib yang diberikan oleh si khodam gaib, yaitu
gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, yang
kadangkala bukan kondisi alam gaib yang sesungguhnya.
Kadangkala sosok halus itu juga memberikan
mimpi-mimpi tertentu kepadanya. Dalam hal ini jika seseorang merasa bahwa
mimpinya bukanlah mimpi biasa, maka ia harus mencaritahu arti mimpinya itu,
termasuk menanyakannya kepada sosok gaib yang telah memberinya mimpi itu, siapa
tahu itu adalah suatu bentuk pemberitahuan kepadanya atas sesuatu yang sifatnya
penting.
Kelemahan melihat gaib ini bisa terjadi pada siapa
saja yang memiliki sesosok gaib bersamanya, baik orang-orang yang masih dalam
taraf belajar, maupun para praktisi paranormal dan spiritualis yang sudah
kawakan yang terbiasa menggunakan amalan gaib untuk melihat gaib.
2. Ber-ilusi membayang-bayangkan sosok gaibnya.
Pada taraf belajar melihat gaib secara batin seringkali seseorang berusaha membayang-bayangkan sosok gaibnya, sehingga yang muncul di dalam pikirannya adalah sosok-sosok tertentu yang bukan sosok aslinya.
Dalam taraf belajar ini sebaiknya dilakukan sesuai petunjuk di atas, yaitu dengan belajar mempertahankan sugesti fokus kepada benda gaibnya atau kontak rasa dengan sosok halusnya dan memperhatikan gambaran gaib yang mengalir di dalam pikirannya. Sebaiknya bisa fokus untuk tidak mengambang mengawang-awang, belajar mempertahankan kontak rasa dan batin dengan benda gaibnya atau dengan sosok halusnya.
3. Sebelumnya sudah mempunyai sugesti gaib sendiri.
Ada beberapa teman Penulis yang mempunyai sugesti dalam pikirannya tentang mahluk halus.
Ada yang bersugesti sosok kuntilanak, sehingga semua sosok halus yang dilihatnya akan tampak olehnya sebagai sosok perempuan berpakaian putih sampai ke bawah seperti kuntilanak.
Ada yang bersugesti mahluk halus adalah sama dengan setan yang badannya hitam besar menakutkan, sehingga semua sosok halus yang dilihatnya akan tampak olehnya sebagai sosok hitam besar menakutkan.
Dalam hal ini walaupun orang-orang tersebut mampu melihat gaib, tetapi kebanyakan wujud sosok-sosok halus yang dilihatnya bukanlah sosok aslinya, tetapi adalah wujud sosok-sosok yang ada dalam pikirannya. Dalam kasus ini mereka telah tertipu oleh pikiran mereka sendiri.
4. Dikelabui oleh sosok gaib.
Dalam melihat gaib, kadangkala sosok tertentu yang dilihat oleh seseorang bukanlah sosok aslinya. Ini bisa terjadi jika sosok halus yang dilihatnya tidak berkenan untuk dilihat, sehingga sedapat mungkin dia akan menutupi jati dirinya. Biasanya sosok itu akan memalingkan mukanya, tetapi ada juga yang melakukannya dengan menghalangi / mem-blok energi penglihatan kita ke arah wajahnya, sehingga para pemula atau orang-orang yang belum mempunyai kekuatan energi penglihatan yang cukup biasanya akan kesulitan atau berat untuk melihat wajah asli sosok halus tersebut. Karena itu kita harus "belajar" bersikap sopan supaya diperkenankan melihat wajahnya.
Ada juga sosok halus yang sengaja mempengaruhi pikiran orang-orang tertentu (ilusi / halusinasi), sehingga yang dilihat oleh orang-orang tersebut adalah sosok lain yang bukan sosok aslinya. Selain karena tidak ingin diketahui jatidirinya, bisa saja itu dilakukan dengan sengaja oleh suatu sosok halus tertentu dengan tujuan mengelabui manusia.
Untuk mengatasi ketidak-akuratan di atas, selain kemampuan konsentrasi dan kemampuan melihat gaib, perlu juga dilatih ketajaman penglihatan dan ketajaman batin supaya dapat melihat gaib dengan jelas dan tidak mudah tertipu.
Untuk memeriksa apakah penglihatannya / terawangannya benar atau salah bisa juga mencocokkannya dengan orang lain yang juga mampu melihat gaib. Kalau penglihatannya sama, berarti mungkin memang sudah benar. Kalau penglihatannya berbeda, berarti harus diperiksa apa yang membuat berbeda. Atau bisa juga dengan cara meminta sosok halusnya untuk duduk di hadapannya untuk berkomunikasi, sehingga akan lebih jelas tampilan sosoknya, dan terasa hawa energinya, bukan hanya gambaran gaib di awang-awang.
Selain itu perlu juga kita mengenal sifat dan rasa energi masing-masing jenis mahluk halus. Masing-masing jenis mahluk halus memancarkan suatu rasa energi tertentu sesuai sifat energinya dan perwatakannya masing-masing. Misalnya, jenis kuntilanak atau gondoruwo memancarkan rasa energi dan mempunyai kepadatan energi tertentu yang berbeda dengan jenis mahluk halus lain, dan untuk semua kuntilanak atau gondoruwo kekuatannya dan sifatnya sama sesuai jenisnya. Sehingga kalau ada bangsa jin yang sosoknya serupa dengan kuntilanak atau gondoruwo, kita akan bisa mengenali dengan rasa bahwa itu sebenarnya adalah bangsa jin, bukan kuntilanak atau gondoruwo. Begitu juga roh sukma manusia, biasanya energinya halus, tetapi tajam, sehingga kalau ada jenis bangsa jin, atau kuntilanak atau gondoruwo yang menyamar sebagai sukma seseorang yang sudah meninggal, kita akan mengetahuinya bahwa itu adalah tipuan, karena energi mereka lebih padat / tebal tidak seperti energi sukma manusia.
Ketidak-akuratan juga dapat terjadi dalam komunikasi dengan gaib.
Berkomunikasi dengan gaib berarti berbicara dan mendengarkan, berkomunikasi 2 arah, dengan sosok gaib tertentu. Syaratnya harus bisa peka rasa dan kontak batin untuk berbicara dan untuk mendengarkan.
Berkomunikasi dengan gaib (berbicara dan mendengar, komunikasi dua arah) dilakukan dengan kontak rasa dan batin, yang secara awam disebut mengalirnya ilham. Kalau sudah terbiasa nantinya bisa juga dengan berbicara. Tapi dengan berbicara itupun sebenarnya masih sama dengan kontak batin, karena walaupun kita "merasa" mendengar suara mereka berbicara, sebenarnya jawaban mereka kontak batin juga, hanya kita saja yang bisa mendengar, orang lain tidak mendengar.
Orang-orang yang sudah bisa melihat gaib belum tentu bisa berkomunikasi dengan gaib, begitu juga sebaliknya, orang-orang yang sudah bisa "mendengarkan" suara-suara gaib, peka rasa dan firasat, peka sasmita, atau yang sudah bisa menyampaikan komunikasi (misalnya mengsugesti gaib), belum tentu bisa melihat gaib.
Masing-masing kemampuan itu tidak otomatis terjadi bersamaan, harus dipelajari sendiri-sendiri.
Ketidak-akuratan dalam berkomunikasi dengan gaib biasanya terjadi dalam proses "mendengar" jawaban sosok gaibnya. Penyebabnya banyak, sama dengan ketidak-akuratan melihat gaib, terutama terjadi kalau kita mempunyai sosok pendamping atau di dalam diri kita ada sosok gaib lain, sehingga suaranya bercampur, kadang kita tidak bisa membedakan itu suaranya siapa.
Tambahan :
Dalam olah sukma kita mengolah sukma kita,
yaitu khusus mengolah roh kita, tentang apa yang dapat dilakukan oleh roh kita
di luar tubuh kita.
Seseorang yang belum pernah melakukan olah batin,
berarti sukmanya masih lemah. Walaupun ada guru yang dapat mengajari anda cara
merogoh sukma, bila anda sendiri belum memiliki dasar kekuatan batin yang
cukup, dengan mempertimbangkan efek buruk yang dapat terjadi, sebaiknya jangan
mencobanya. Apalagi bila di kemudian hari, tanpa pendamping, anda mencoba
melakukannya sendiri.
Resiko yang dapat terjadi, selain yang sudah
disebutkan di atas, juga resiko karena berhubungan dengan mahluk halus lain di
alam gaib. Baca : Roh Manusia Lanjutan 2.
Dengan terawangan gaib anda bisa melihat ke
tempat-tempat yang jauh dan tersembunyi. Tetapi resikonya juga sama bila roh
anda bertemu dengan roh halus lain. Banyak kejadian yang setelah roh sedulur
papatnya itu keluar jauh dari badannya, kemudian tidak dapat kembali lagi.
Rohnya ditahan / ditangkap oleh mahluk halus lain. Akibatnya, orang itu akan
terus-terusan melihat gaib, dan sosok gaib yang menahan rohnya itu akan terus
menghantuinya (karena sosok gaib itu memang menahan roh sedulur papatnya dan
roh sedulur papatnya yang ditangkap itu terus-terusan berhadapan dengan sosok
gaib itu). Sudah jelas bahwa orang itu kemudian akan terganggu jiwanya.
Lebih baik bila anda melatih lebih dulu kepekaan
rasa dan batin (baca: Olah Rasa dan Kebatinan) sambil anda mempersiapkan mental dan menguatkan kebatinan anda. Bila
sudah mengerti resikonya (untuk kehati-hatian), sudah siap secara psikologis
dan memang ingin bisa melihat gaib, mintalah diajari cara melihat gaib dengan
cakra mata ketiga saja, jangan merogoh sukma. Kemampuan melihat gaib ini akan
menjadi dasar yang baik sekali untuk mempelajari ilmu-ilmu kebatinan yang lain,
termasuk ilmu terawangan gaib dan ilmu merogoh sukma.
Memang walaupun kita sering berinteraksi dengan mahluk halus
belum tentu kita mengalami kejadian yang pahit. Tulisan ini dimaksudkan sebagai
bahan pengetahuan saja supaya kita berhati-hati, jangan sampai kita menjadi
salah satu orang yang apes, mengalami pahitnya. Baca juga : Kekhawatiran Melihat
Gaib.